Thursday, May 29, 2008

At-Tsabit wal Mutahawwil;Pembacaan Atas Tradisi Arab-Islam

Kehadiran Islam dalam peradaban dan kebudayaan Arab merupakan suatu anugerah yang telah meniscayakan konversi besar-besaran. Dalam tahap selanjutnya konversi ini sanggup memasung dan mengubah sudut pandang Arab yang sudah lama melingkar dalam tubuh sosio-budaya Arab saat itu. Dan rupanya Arab pasca Islam ini sudah cukup mampu untuk menumbuhkan peradaban baru yang lama menjelaga dalam korpus literatur sastra bahasa. Kendati demikian bias-bias Arabisme masih saja menguntit produk-produk budaya yang kian lama semakin nampak dalam gagasan politik non-kooperatif imperium Umayah.


Abad kedua hijriah dianggap sebagai motivasi awal dalam menciptakan seperangkat dasar guna menelurkan tradisi intelektual. Hal ini bisa kita telusuri dari beragam studi pembacaan terhadap teks-teks keagamaan yang dilegalkan. Misalnya saja disana ada suatu benturan paradigma antara kaum sunni, murjiah, muktazilah maupun syiah. Benturan ini bukan saja pada dataran epistemologis melainkan dipersenjatai pula dengan sederet nalar ideologis. Wajar saja bila orbit intelektual Arab selanjutnya cenderung beredar sekitar ruang epigonisme ketimbang inovasi.


Dengan maraknya trend epigonisme ini maka proyek pembaharuan inovatif menjadi terbengkalai. Pembaharuan dalam tiap level disiplin keilmuan dianggap sebagai kesesatan. Apalagi anggapan semacam ini disulut dengan doktrin-doktrin yang memang berniat mementahkan segala jenis upaya pembaharuan. Hingga gilirannya semua khazanah keintelektualan Islam mandeg .


Al-tsabit dan al-mutahawwil merupakan dua keping istilah yang kerap mengiringi nuansa kebudayaan Arab. Al-tsabit berarti yang tetap sedang al-mutahawwil adalah yang berubah. Al-tsabit berupa kecenderungan yang mendewakan peradaban kuno yang telah lama terkubur. Al-mutahawwil merupakan nalar progresif, yang kerap menuntut pembaharuan dan pelampauan terhadap tradisi yang ada.


Selama berabad-abad lamanya aspek al-ibda atau al-mutahawwil dalam konteks peradaban Arab sudah lama melapuk. Hanya peniruan dan al-tsabit belaka yang mampu menguasai seraya menghipnotis segala angan-angan kemajuan. Pun pada giliranya semua itu benar-benar telah mematikan citra kreatifitas yang sejak lama diusung oleh para inovator Arab-Islam.


Ini nampaknya sudah merambah pada seluruh aspek. Dalam disiplin sastra misalnya kutub al-tsabit semakin menggila semenjak diserukan oleh al-Asmui dan Jahidz. Mengikuti model generasi jahiliyah (baca: para penyair al-muallaqat as-sab’)merupakan jalan terbaik dalam menyusun gaya sastra berkelas tinggi. Sedang menciptakan sastra tandingan sama saja dengan penurunan mutu sastra Arab. Orang-orang semacam Abu Nawas dan Abu Tamam dinilai sebagai simbol bagi kemerosotan nilai sastra Arab. Pasalnya keduanya berupaya menggantikan kecenderungan yang sudah lama mapan dengan model yang sama sekali baru. Padahal keduanya berniat mengkampanyekan lahirnya model baru, dengan tujuan mencari standar layak dalam mengkaji dan mengembangbiakkan ketinggian nilai sastra Arab.


Pada sisi lain kutub ini rupanya sudah menjalar ketubuh para fukaha yang berusaha mengayakan hukum-hukum baru berdasar teks al-quran maupun hadis semata. Ruang ijtihad semakin tergencet setelah Imam Syafii membeberkan semua ide-idenya yang terekam dalam maha karyanya ar-risalah. Lebih lanjut Syafii mengaitkan doktrin khilafah dengan kehendak Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat. Ketaatan kepada para penguasa merupakan jawaban yang paling tepat untuk menghindari tragedi (fitnah) yang lebih besar. Dalam kata lain kesimpulan Syafii ini memberikan posisi strategis bagi para penguasa untuk menggencarkan sikap anarkis dan despotnya.


Dengan demikian maka keputusan yang ditampilkan pejuang al-tsabit ini telah memancing sejumlah reaksi keras dari kalangan oposisi. Namun sayangnya daya jual ide-ide yang ditawarkan oleh kelompok tersebut tak kunjung menghadirkan hasil sepadan. Hanya saja, perjuangan mereka ini kemudian dikuatkan dan dibela oleh para proletariat dari kalangan petani kecil dan kaum buruh miskin.


Perjuangan kaum buruh ini bermula dari sebuah gerakan yang dikomandoi oleh Ali ibn Muhammad. Gerakan ini dikenal dengan gerakan Zinj (orang negro) yang untuk selanjutnya mampu mengobarkan semangat revolusi demi menuntut keadilan dan persamaan. Setelah gerakan ini berada dalam ambang kehancuran, revolusi Qarmit kembali menampakan kegagahanya guna meneruskan cita-cita luhur yang diemban oleh gerakan Zinj. Sayangnya kedua gerakan tadi mampu dihalau oleh kekuatan pemerintahan resmi yang tertutup.


Pada dataran teoritis, aspek al-ibda’ ini muncul seiring dengan konsep ad-dhahir dan al-batin kaum sufi.Tidak seperti para fukaha, konsep ini menawarkan kepada kita seberkas hakikat batin yang merupakan ruh dari segala macam syariat. Jadi menurutnya, syariat Islam itu memiliki dua dimensi, ada dimensi esoterik dan eksoterik, lahir dan batin. Adapun dimensi yang memilki superioritas tinggi adalah aspek batin. Dan ini—batin-- adalah maksud dibentuknya syariat Islam.


Kemunculan konsep-konsep ini kemudian menanamkan sederet pemahaman yang lebih radikal. Ibn Ruwandi maupun ar-Razi datang secara bersamaan dalam rangka menggugurkan kosep an-nubuwwah yang sudah lama mapan. Kesimpulan ini timbul berdasarkan akal semata. Karena akal merupakan sumber dari macam pengetahuan yang berfungsi sebagai pembeda antara yang baik dan buruk maka adalah sia-sia jika Tuhan mengutus seorang rasul. Pun akal juga telah merangkum segala yang kita butuhkan. Akal adalah sumber utama yang tak bisa diganggu gugat. Disini pengaruh Brahma sangat nyata sekali dalam kedua sosok ini.


Dari pemaparan diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa dari kedua masing-masing aspek memiliki karateristik sendiri. Aspek al-ittiba’terlalu kuat bepegang pada teks-teks Tuhan yang masih verbal, menganggap akal sebagai kebid’ahan, menjadikan kepercayaan pada kekuatan supranatural sebagai hasil final dari segalanya dan yang terakhir adalah rawan dimanipulasi dan didominasi oleh kekuatan para penguasa.


Sedang al-ibda’merupakan keyakinan pada akal sebagai mekanisme epistemologis sempurna, bebas dalam artian tidak terikat oleh bentuk kekuasaan manapun, berusaha memahami teks-teks Tuhan demi mencapai keutuhan manusia sebagai mahluk merdeka, dan yang terakhir adalah menciptakan sepenggal peradaban baru yang sama sekali jauh dari rekayasa agama yang disalah pahami.


Jelaslah, bahwa kenyataan ini menghantarakan tradisi Arab pada keakutan phobia terhadap segala bentuk perubahan. Apalagi bangkai-bangkai konsep ini sudah lama diharamkan dan dienyahkan dari sistem tradisi pemikiran Arab. Memperjuangkan aspek al-ibda’ berarti menghantarkan jiwa dalam jerat tiang kematian. Inilah satu diantara beberapa gambaran yang menyeret aspek perubahan (al-ibda’) dijajah oleh kebengisan nalar epigonisme.


Tuesday, May 27, 2008

Bagaimana meraih Kesuksesan?

Manusia hidup dalam dua alam, yaitu dunia dan akhirat. Kesuksesan di dunia dan di akhirat bagaikan sisi mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Allah berfirman: “Barang siapa yang buta hatinya di dunia, niscaya di akhirat nanti akan lebih buta (QS. Al Israa’, 17:72). Kesuksesan tidak datang secara tiba-tiba, tetapi butuh usaha dan perjuangan, perjuangan itu memerlukan perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang dipengaruhi sejauh mana ketersediaan informasi dalam memprediksi ke depan, sedangkan masa depan tanpa perencanaan dan ridha Allah adalah sesuatu yang mustahil untuk sukses. Oleh karena itu kita perlu mengkaji bagaimana kita harus mengatur diri kita agar meraih kesuksesan tersebut, maka kita harus berpikir strategis. Hal itu biasanya dimulai dari tujuan akhir (begin with the end of mind/ the end of purpose) orang kemudian menyebutnya dengan istilah : think big-start small- act now yaitu berpikir besar, mulai dari yang kecil dan lakukan sekarang juga. (hal ini akan kita bahas lebih lanjut di sub lainnya)


Orang yang ingin sukses seharusnya ia memiliki sesuatu yang ingin dicapai. Sesuatu yang ingin dicapai itulah yang disebut dengan cita-cita. Semakin jelas cita-cita seseorang maka ia semakin bersemangat dan termotivasi untuk berusaha mencapainya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa kehidupan di dunia fana ini penuh dengan berbagai macam halangan dan rintangan. Setiap orang akan menghadapi berbagai macam masalah, baik itu masalah pribadi yang spesifik maupun masalah umum yang setiap orang juga menghadapinya. Tetapi di balik problem yang rumit dan kompleks tersebut terdapat peluang-peluang, itu semua tergantung kemampuan kita untuk memilah dan memanfaatkannya menjadi peluang yang memihak kepada kita sehingga apa yang kita harapkan bisa terwujud.

Terkadang kesuksesan itu merupakan buah dari kegagalan, banyak sekali tokoh-tokoh yang terkenal berasal dari masyarakat tingkat bawah, mereka selalu berhadapan dengan masalah-masalah yang rumit dan sering mengalami kegagalan, hanya saja meraka tidak pernah tunduk dengan kegagalan itu, mereka selalu berusaha dan berusaha, jika jatuh akan selalu bangkit kembali, merubah kemunduran menjadi kemenangan dan tidak memiliki kamus putus asa. Orang sukses bukan semata-mata karena pandai atau cerdas, namun karena mereka tekun, giat, ulet, dan bertanggung jawab atas perbuatan mereka.


Albert Einstein pernah dianggap sebagai anak bodoh bahkan pernah dikeluarkan dari sekolahnya, Jacky Chan hampir dijual oleh ibunya kepada seorang dokter di London yang disebabkan kemiskinan yang selalu membelenggu keluarganya, Bill Gate harus berjuang mati-matian untuk membangun kembali Microsoft setelah hampir bangkrut atau Saddam Husein sebelum menjadi presiden Irak sempat menjadi buronan penguasa Irak saat itu, bahkan ia hampir mati tertembak dan beberapa tokoh lain yang tidak mungkin saya sebutkan semua dalam tulisan ini mengalami hal-hal buruk sebelum meraih kesuksesan. Mereka semua menghadapi cobaan yang begitu berat, tapi mereka tidak pernah mundur. Kekuatan tekat mereka itu pada akhirnya membawa mereka menuju kesuksesan yang mereka harapkan.


Memang dalam menjalani bahtera kehidupan di dunia fana ini, kita pasti menemukan berbagai macam cobaan, halangan, rintangan, permasalahan, kesulitan. Akan tetapi kita harus tabah, sabar dan kuat dalam menghadapi semua itu. Dan jangan sekali-kali kita mundur (menyerah kepada masalah), tetapi sebaliknya kita harus berusaha untuk memecahkan permasalahan dan kesulitan tersebut dengan solusi yang baik. Kalau kita melakukan hal itu, maka Insyaallah kita akan menjadi orang yang berhasil.


Jika tidak ada kesukaran maka tidak ada pula kesuksesan, Jika tidak ada sesuatu yang diperjuangkan tidak ada juga sesuatu yang dicapai. Segala pengalaman hidup memang berperan membuktikan bahwa rintangan yang menghalangi kemajuan manusia, mungkin pada umumnya rintangan tersebut dapat diatasi dengan perilaku yang baik, semangat yang membara, usaha yang keras, keberanian, ketabahan dan kebulatan tekat dalam mengatasi kesulitan.


Mengapa Allah selalu menguji hamba-hamba-Nya yang taat dengan berbagai macam ujian ( anda pasti tahu bagai mana para nabi diuji oleh Allah) , mengapa kalau kita ingin merasakan kesuksesan kita harus merasakan kegagalan terlebih dahulu?.......... mengapa untuk mendapatkan kesuksesan kita harus berjuang terlebih dahulu?........ Mengapa pasti ada kesulitan, halangan dan rintangan ketika kita berbuat baik untuk masa depan kita dan ummat?..................Mengapa kalau kita ingin pandai kita harus bersusah payah belajar?.............Mengapa kalau kita ingin kaya kita harus giat bekerja, banting tulang, hingga terkadang kita merasa lelah dan letih?.................

Salah satu jawabannya adalah .........................

Jika kita menengadah ke langit di waktu malam, kita akan melihat bahwa SEMAKIN GELAP LANGIT, maka semakin TERANG kelihatan bintang-bintangnya. Mengapa kita tidak dapat melihat bintang-bintang di siang hari?..................Bukankah bintang ada di sana?...... Bintang tidak kelihatan karena cahaya matahari terlalu kuat sehingga "melenyapkan" bintang dari pandangan. Jadi "kegelapan" diperlukan untuk melahirkan bintang. Kegelapan adalah kesusahan, kesulitan, cobaan dan lain sebagainya. Sedangkan sinar matahari yang berkilau itu adalah kehidupan yang enak, berleha-leha, bermalas-malasan dan sebagainya (yang bisa menghambat kita untuk sukses).


Begitupun pula jika kita hari ini melihat beberapa butir "Berlian Mentah" sebagian besar kita tidak akan mengenalinya, karena ia seperti batu kasar biasa. Berlian Mentah harus "Dipoles dan Digosok berulangkali" sehingga bisa menjadi berlian perhiasan yang amat sangat indah dan mahal harganya. Batu berlian perlu digosok berulang kali sebelum menjelma sebagai berlian perhiasan, begitupun juga kita semua , kita perlu diuji dengan masa sulit dan menderita sebelum menjadi unggul.


Untuk menuju kesuksesan itu tentu kita harus membuat perencanaan matang, yang kita sesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang kita miliki, sehingga dalam mengarungi bahera kehidupan ini kita memiliki arah, tujuan dan sasaran yang pada akhirnya membawa kita menuju kesuksesan baik di dunia ini maupun kesuksesan sesungguhnya di akhirat kelak.


Di samping perencanaan tersebut manusia juga memiliki sarana yang dapat membawa mereka menuju kesuksesan atau sebaliknya mencampakkan mereka kelembah kenistaan yang amat hina, ia adalah penolong manusia yang terbesar atau beban manusia yang terberat. Mereka yang besar telah ia jadikan besar. Mereka yang gagal telah ia jadikan pecundang. Manusia bisa menjalankannya demi keuntungan atau demi kehancuran, tak ada perbedaan baginya. Dan jika manusia melatih dia, tegas terhadap dia, tidak memanjakan dia, maka dia akan meletakkan dunia di bawah kaki mereka. Akan tetapi jika manusia kendor terhadapnya, memanjakannya maka dia akan menghancurkan mereka. Siapakah dia?...... dia tak lain adalah


kebiasaan manusia.


Jika manusia dapat mengendalikan, memanfaatkan dan mensinerjikan kebiasaannya, maka pasti akan meraih kesuksesan. ( seperti; kebiasaan membaca, menulis, kebiasaan berkata jujur, berprilaku berdasarkan hati dan apa adanya tanpa dibuat-buat, kebiasaan bersahaja dan lain sebagainya ). Pujangga Inggris berkata “ Mula-mula kita bentuk kebiasaan kita; lama kelamaan kebiasaan kitalah yang membentuk kita”.


Jika kita terbiasa malas, menunda-nunda pekerjaan, reaktif, terbiasa meremehkan orang lain, sombong, angkuh, terbiasa hidup bersenang-senang mengikuti nafsu dan memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya maka bersiap-siaplah untuk gagal, karena kebiasaan kita telah membentuk dan membawa kita ke jurang kenistaan. Akan tetapi jika kita membiasakan diri kita untuk melakukan hal-hal yang positif dan bersifat proaktif maka suatu saat kelak kesukssesan akan berada di genggaman kita, lantaran kebiasaan kita membentuk dan menuntun kita menuju kesuksesan tersebut.


Apa sich definisi kebiasaan itu? Kebiasaan adalah hal-hal yang kita lakukan berulang-ulang. Kebiasaan seperti berjalan sendiri, bahkan kadangkala kita tidak menyadarinya apakah kebiasaan itu bisa membawa kita kepada kesuksesan atau sebaliknya. Masa depan kita sebenarnya tergantung kebiasaan kita. Seperti apa yang dikatakan oleh penulis kondang Samuel Smiles

Taburkanlah suatu pikiran, maka kamu akan menuai perbuatan.

Taburkanlah suatu perbuatan, maka kamu akan menuai kebiasaan.

Taburkanlah suatu kebiasaan, maka kamu akan menuai karakter.

Taburkanlah suatu karakter, maka kamu akan menuai takdir.


Untungnya setiap manusia itu lebih kuat dari pada kebiasaan-kebiasaannya (Dengan anunggarah gusti Allah berupa akal dan hati) maka dari itu setiap manusia bisa merubah kebiasaan-kebiasaan tersebut sesuai kehendaknya, tapi hal itu butuh usaha dan perjuangan keras bahkan membutuhkan pengorbanan, struggle without sacrifice is nonsense. Jadi kebiasaan tersebut tergantung diri kita bagaimana membentuknya menjadi hal yang dapat mendukung sepenuhnya menuju kesuksesan atau sebaliknya.


Seseorang bernama Albert E Gray menghabiskan waktu bertahun-tahun mempelajari orang-orang sukses dalam upaya mencari tahu unsur-unsur khusus yang menjadikan mereka itu sukses. Menurut anda apa sich yang ia temukan?....... Unsur sukses menurutnya setelah mengadakan penelitian ratusan kali jumlahnya adalah:


Semua orang sukses memiliki kebiasaan yang tidak suka dilakukan oleh para pecundang. Sebenarnya mereka sendiri juga tidak suka melakukannya. Tetapi ketidaksukaan mereka itu ditaklukkan pada kekuatan tujuan mereka.


Apa maksudnya?......... kita harus melatih peralatan yang kita miliki sebagai seorang manusia yang disebut daya kemauan untuk menjadikan segalanya terlaksana, entah suka atau tidak. Segala kegiatan atau aktivitas yang mendukung menuju harapan dan cita-cita harus kita lakukan, meskipun itu adalah hal yang amat kita benci. (Jika belajar, beribadah dan berlatih merupakan hal yang membosankan maka kita harus memaksakan diri kita untuk melakukannya)


Perlu kita ketahui bahwa kita tidak mungkin mengendalikan segala yang terjadi pada kita. Kita tidak mungkin mengendalikan warna kulit kita, kesalahan masa lalu, siapa yang menjadi juara satu dalam suatu perlombaan, dimana kita lahir, siapa orang tua kita, berapa biaya kuliah persemester, siapa yang lulus dalam ujian, atau bagaimana orang-orang bersikap dan memperlakukan kita. Tetapi ada satu hal yang bisa kita kendalikan: Bagaimana reaksi kita terhadap apa yang terjadi pada kita. Dan justru itulah yang penting!...... Itulah sebabnya kita perlu berhenti menguatirkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan dan mulai berusaha mengendalikan hal-hal yang bisa kita kendalikan.


Jadi kendalikanlah diri anda, karena hanya diri andalah yang dapat anda kendalikan sepenuhnya!.......................Jika anda sudah sanggup menguasai dan mengendalikan diri anda maka semakin mudah menciptakan kebiasaan yang mendukung kusuksesan anda!


Lantas sekarang pertanyaannya apa langkah awal dalam membentuk suatu kebiasaan? Kita harus memiliki paradigma dan prinsip hidup terlebih dahulu. Paradigma adalah cara anda memandang sesuatu, pandangan, kerangka acuan, atau keyakinan anda. Mungkin sudah anda perhatikan, bahwa paradigma kita sering kali keliru, sehingga menciptakan keterbatasan-keterbatasan.


Kalau saya boleh ilustrasikan, paradigma seperti kaca mata. Kalau anda memiliki paradigma yang tidak lengkap tentang diri sendiri atau kehidupan pada umumnya, itu sama seperti menggunakan kacamata yang keliru ukurannya. Lensanya akan mempengaruhi bagaimana anda melihat segalanya. Akibatnya yang akan anda dapatkan adalah apa yang anda lihat.


Kalau anda percaya anda kurang pandai, keyakinan anda itu akan menjadikan anda kurang pandai. Kalau anda yakin bahwa teman anda itu adalah teman yang tidak baik, maka anda akan selalu mencari kesalahannya dan selamanya menganggapnya tidak baik. Sebaliknya jika anda percaya bahwa anda cerdas, kawan anda adalah kawan yang baik, maka keyakinan anda itu akan mewarnai apapun yang anda lakukan, bahkan secara sendirinya menciptakan dan mewujudkan paradigma anda itu.


Jika anda bertanya-tanya apa sich atau siapa sich yang bisa kujadikan pegangan hidup?.. Ayahkah, ibu, teman, harta, atau kedudukan?. Maka jawabannya adalah prinsip. Hanya prinsip saja yang dapat menjadi pengangan hidup kita. Prinsip tidak pernah mati, prinsip tidak pernah hilang, prinsip tidak pernah sirna, prinsip tidak pernah sakit, prinsip tidak pernah terbakar dan musnah, prinsip selalu ada untuk selama-lamanya.


Kita sudah pasti tahu kalau api panas, Es dingin, darah berwarna merah, bumi memiliki gaya gravitasi. Itu adalah contoh sebagian hukum atau prinsip alam.


Prinsip-prinsip itu tidak religius, prinsip-prinsip tidaklah pro Amerika atau pro Iran. Prinsip-prinsip bukanlah milik anda atau saya. Prinsip-prinsip bukanlah untuk didiskusikan. Prinsip-prinsip ini berlaku bagi semua orang, yang kaya atau pun yang miskin, raja ataupun petani, murid atau guru, lelaki ataupun wanita. Prinsip-prinsip tidak bisa diperjualbelikan. Kalau anda hidup menurut prinsip-prinsip, anda akan meraih kesempurnaan, kalau anda melanggarnya, anda akan gagal.


Contoh: kejujuran itu prinsip. Pelayanan itu prinsip. Kasih sayang itu adalah prinsip. Kerja keras itu prinsip. Hormat, rasa syukur, keadilan, integritas, loyalitas, kesabaran, dan tanggung jawab adalah prinsip. Ada banyak prinsip yang lain, prinsip-prinsip itu tidak sulit untuk dikenali, hati anda akan mengenali prinsip-prinsip sejati.


Prinsip tidak pernah gagal, hidup menurut prinsip membutuhkan iman dan kemauan keras. Ambillah umpamanya prinsip kejujuran. Kalau anda pembohong besar, anda mungkin lolos untuk sementara waktu, bahkan selama beberapa tahun. Tetapi sulitkan menemukan pembohong yang mencapai sukses dalam jangka panjang, karena suatu saat kelak tipudayanya, ketidakjujurannya akan terbongkar. Mendahulukan prinsip-prinsip adalah kunci untuk lebih sukses dalam hal lainnya.


Jikalau anda mengamalkan prinsip-prinsip pelayanan, sikap hormat, dan kasih sayang maka rasanya anda akan mendapatkan banyak teman yang akan mendukung anda. Jika anda menerapkan prinsip bekerja keras maka mungkin anda akan mudah dalam meraih kesuksesan dan seterusnya.


Di bawah ini ada beberapa kebiasaan yang sangat efektif untuk mengubah jalan hidup kita, mengubah kemunduran menjadi kemenangan, mengubah kegagalan menjadi kesuksesan, mengubah yang lemah menjadi kuat. Kebiasaan-kebiasaan tersebut bisa dimiliki oleh siapapun, saya dan juga termasuk anda. Tapi untuk membiasakan kebiasaan tersebut membutuhkan perjuangan dan usaha. Apa saja kebiasaan tersebut:


1. Jadilah Proaktif.=> Akulah pendorong diriku sendiri.


Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat berkata”Manusia bisa bahagia bisa tidak adalah tergantung pilihannya sendiri” Jadi mau bersikap proaktif, atau reaktif… terserah anda…… (menurut hemat saya, kesuksesan itu ditentukan oleh pilihan yang kita pilih)


Setiap harinya kita punya banyak peluang untuk memilih bersikap proaktif atau reaktif. Setiap saat anda bisa dicemooh orang lain, anda bisa gagal dalam ujian, barang anda bisa dicuri orang, anda dikecewakan dan diremehkan orang atau hal-hal lain yang dapat membuat anda sedih atau bahagia. Saat itu bagaimanakah anda bereaksi?..... itu terserah anda!


Jika ada orang yang menghina anda, apakah anda lantas memarahinya atau anda mencuekinya lantas membiarkannya, lalu jalan terus.? ataukah anda tersenyum kepadanya dengan senyuman yang memikat hati? Itu sih terserah anda! Jika anda tidak lulus ujian, apakah anda lantas menangis hingga air mata anda jika dikumpulkan seember penuh banyaknya J, atau anda merasa minder dan berdiam diri di rumah serta menganggap diri anda adalah orang yang paling bodoh sedunia, ataukah anda segera bangkit dan terus berusaha untuk mengubah takdir anda dan menjadikan kegagalan itu sebagai pelajaran yang tidak pernah anda lupakan seumur hidup hingga anda tidak pernah mengulanginya lagi? Semua itu terserah anda mengambil keputusan!


Orang-orang reaktif membuat pilihan-pilihannya menurut dorongan hati. Mereka seperti sekaleng soda. Kalau kehidupan mengocoknya sedikit saja, tekanannya bertambah dan tiba-tiba mereka meledak.


Sedangkan orang-orang proaktif membuat pilihan-pilihannya menurut niali-nilai. Mereka berpikir sebelum bereaksi. (Thinking and planning is every think before action). Mereka sadar bahwa mereka tidak bisa mengendalikan segala yang terjadi kepada mereka, tetapi mereka bisa mengendalikan reaksi mereka.


Orang proaktif adalah ibarat air. Dikocok seperti apapun, dibuka tutupnya takkan terjadi apa-apa. Takkan terdengar suara mendesis, takkan ada gelembung, takkan ada tekanan. Tetap tenang dingin dan terkendali. Ingat kita hanya bisa mengendalikan satu hal, yaitu bagaimana reaksi kita terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita !.....


2. Merujuk pada tujuan akhir =>Kendalikan takdirmu sendiri kalau tidak mau dikendalikn orang lain.


Dalam menjalani kehidupan ini kita harus memiliki rencana yang matang, sehingga segala aktivitas kita terarah sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Dan perencanaan tersebut biasanya merujuk kepada cita-cita atau dengan istilah lain tujuan akhir. Jika jelas tujuan kita, maka semakin mudah kita membuat perencanaan hingga memudahkan kita mencapai tujuan itu.


Jikalau anda adalah seorang pemuda seluruh hidup anda terpampang dihadapan anda. anda berdiri di persimpangan jalan kehidupan dan anda harus memilih jalannya:

Apakah anda mau meneruskan kuliah atau mencari nafkah? apakah anda harus belajar atau tidak? Bagaimana anda menyikapi kehidupan? Tipe teman/pendamping hidup seperti apakah yang anda kehendaki? Apa yang ingin anda pelajari dan kuasai terlebih dahulu dari berbagai macam disiplin ilmu yang ada?.Bagaimana anda akan berkontribusi terhdap komunitas anda?Apakah harus berhenti dari kuliah karena tersandung masalah? Apakah harus menangis ketika tidak lulus ujian? itu juga terserah anda!


Jalan yang anda pilih hari ini bisa menentukan masa depan anda! Sungguh menakutkan sekaligus seru! Bahwa kita harus membuat begitu banyak keputusan penting padahal kita masih muda, tetapi memang begitulah hidup ini. Jadi sebelum merencanakan dan memutuskannya pikirkan dan pertimbangkan terlebih dahulu sehingga mencapai tujuan akhirmu!


3. Dahulukan yang utama => Daya kemauan dan daya menolak


Dari kebiasaan yang pertama hingga yang ketiga ini memiliki hubungan yang erat sekali. Kebiasaan yang pertama menyatakan bahwa kitalah pengemudinya bukan penumpangnya, kebiasaan kedua menyatakan bahwa kitalah yang harus membuat keputusan mau kemana kita berangkat dan membuat peta untuk mempermudah perjalanan yang dilalui. Kebiasaan yang ketiga ini menyatakan bahwa kita harus mencapai apa yang kita tuju dan jangan sampai membiarkan hal-hal kecil menghambat kita sehingga membuat kita gagal mencapai tujuan yang kita harapkan.


Kita sebagai manusia pasti memiliki banyak sekali aktivitas, baik itu yang penting, mendesak atau tidak kedua-duanya, tetapi kita juga memiliki waktu yang sangat terbatas. Waktu berperan penting dalam meraih kesuksesan. Kita semua memiliki satu hal yang sama yaitu satu hari 24 jam. Cara kita menggunakan waktu itulah yang membuat kita berbeda. Jadi kita harus pandai memilah-milah dan mendahulukan di antara sekian banyak aktivitas yang kita miliki. Apa yang harus kita dahulukan ?....


4. Berpikir menang/menang.


Menang-menang adalah keyakinan bahwa semua orang berhak dan bisa untuk menang. Bersikap baik sekaligus tegas. Saya tak akan menginjak orang lain, tetapi saya juga tidak mau menjadi keset orang.


Kita memiliki kepedulian terhadap orang lain dan kita mengharap mereka bisa sukses. Tetapi kita juga harus peduli terhadap diri sendiri. Dan kita juga menginginkan kesuksesan.


Menang-menang itu berlimpah. Ini adalah keyakinan bahwa sukses itu banyak sekali. Bukannya kamu, saya atau mereka, melainkan kita semua sama-sama. Dengan memiliki kebiasaan tersebut maka kita dapat memperbanyak teman dan relasi yang siap mendukung kita, karena kita telah mendukung mereka untuk sukses!.....Mari kita berjuang bersama-sama saling mendukung guna meraih kesuksesan!


5. Berusaha untuk memahami terlebih dahulu baru dipahami.


Kalau anda ingin dicintai, dihormati dan dihargai maka anda harus mencintai menghormati dan menghargai orang lain terlebih dahulu.

Jika anda ingin mendapatakan sesuatu maka anda harus membelinya. Jika anda ingin uang maka anda harus bekerja.

Maka cobalah untuk memahami orang di sekeliling anda, maka pasti diri anda akan dipahami orang lain!


6. Wujudkan sinergi.


Apa sich artinya “sinergi”? Intinya sinergi tercapai kalau dua orang atau lebih bekerja sama untuk menciptakan solusi yang lebih baik ketimbang kalau sendirian. Sinergi adalah upah atau buah lezat setelah anda menerapkan kebiasaan lainnya, terutama dengan kebiasaan berpikir menang-menang dan berusaha untuk mengerti terlebih dahulu.


Sinergi tidak terjadi begitu saja. Itu adalah suatu proses. Dan kita harus sampai ke sana. Dan landasan untuk sampai ke sana adalah: belajarlah untuk memanfaatkan perbedaan. Perbedaan-perbedaan menciptakan tantangan dalam hidup yang membuka pintu menuju penemuan baru. Bhnieka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua, union is power!....


7. Lakukanlah pembaharuan


Baginda besar nabi Muhammad Saw bersabda: Al imaanu yaziedu wa yanqushu. Bukan hanya keimanan saja yang mengalami perubahan pasang surut akan tetapi segala sesuatu di dunia ini mengalami perubahan, tidak ada yang tetap kecuali hal-hal yang berhubungan dengan sunnatullah.


Sudah barang tentu kita harus mengadakan pembaharuan untuk mengimbangi setiap perubahan yang berlaku. Setiap manusia pasti pernah merasakan stres, bosan, jenuh, lelah, kesal, merasa tidak seimbang atau hampa. Maka saat itu ia membutuhkan pembaharuan atau renovasi. Dunia ini penuh dengan perubahan, pasang surut, begitupun dengan kondisi fisik dan jiwa kita, maka kita sangat butuh dengan kebiasaan yang satu ini. Lakukanlah pembaharuan yang positif, untuk masa depan anda!.........

Sumber utama perubahan pribadi dapat berasal dari banyak hal, dua diantaranya adalah rasa takut-cemas dan rasa harap-bahagia (khauf & raja’).


Penderitaan yang berasal dari kekecewaan, kecemasan, ketakutan, kegagalan, kematian, hubungan yang putus dengan keluarga dan teman, kelemahan dan kekurangan pribadi yang disadari, kebosanan, ketidakpuasan, kesepian, tekanan financial, ketidak seimbangan hidup serta permasalahan rumit lainnya merupakan sesuatu yang mampu menyebabkan perubahan besar dalam diri seseorang.


Umumnya potensi yang luar biasa akan muncul ketika dalam kondisi yang terdesak. Jika kita tidak merasakan penderitaan, jarang kita termotivasi untuk melakukan hal-hal besar! Rasa takut yang mendalam juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaan dan kreativitas akan muncul. Begitupun halnya rasa harap juga mampu mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Sehingga membawa dirinya menuju kesuksesan yang diharapkan setiap insan.

Sebagai penutup saya ingin menyampaikan apa yang selalu dikatakan oleh orang-orang sukses : think big-start small- act now yaitu berpikir besar, mulai dari yang kecil dan lakukan sekarang juga


Berpikir besar


Berpikir besar merupakan suatu keharusan, jangan nanggung-nanggung dalam menentukan cita-cita anda!... mengapa orang bijak sering mengatakan:"Bercita-citalah setinggi langit?" bukankah langit merupakan "sesuatu" yang dianggap paling tinggi?..


Jangan pernah takut untuk berangan-angan!.. begitu banyak orang yang takut bercita-cita tinggi dan hal itu berakibat pada kegagalan bagi masa depannya. Semakin anda memiliki cita-cita yang tinggi, maka anda semakin termotivasi untuk meraihnya!....


Percayalah pada diri anda, bahwa anda mampu meraihnya!... siapa lagi yang dapat mempercayai diri anda selain anda sendiri!....Jika anda sudah tidak percaya diri maka bersiap-siaplah untuk gagal!..Berpikir besar merupakan indikasi bahwa anda masih memiliki kepercayaan diri!


Mulai dari yang kecil


Orang kuat berasal dari orang yang lemah, orang dewasa berasal dari anak kecil, Satu jam terdiri dari menit dan menit tersusun dari detik. Semua bermula dari komponen yang kecil!... Anda tidak mungkin langsung pandai dan besar, semuanya pasti berproses!... maka jangan pernah meremehkan sesuatu yang kecil!......


Lakukan sekarang Juga


Jangan pernah menunda pekerjaan selagi anda mampu melakukannya saat ini!.. Menunda pekerjaan berarti anda telah mundur beberapa langkah!....Rencanakan segalanya dan kerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Salah dalam perencanaan berarti anda merencanakan kesalahan!..


(Dikutip dari beberapa buku kesuksesan)

Islam dan Aksi Kekerasan

Tragedi Sebtember 2001 pemboman WTC, bom Bali, peledakan Sarmusyekh dan berbagai aksi kekerasan lainnya mengkambinghitamkan orang-orang Islam bahkan jihad yang dilakukan oleh kaum mujahidin Afghan dan rakyat Palestina disejajarkan dengan aksi terorisme.

Ternyata gunjingan dan tudingan yang sangat miring dan tidak mendasar terhadap Islam itu disampaikan juga oleh pemuka agama terbesar dunia Paus di saat memberikan kuliah ilmiah di Jerman beberapa waktu lalu. Dengan percaya dirinya dia menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan "pedang" dan nabi Muhammad tidak membawa ajaran mulia. Sungguh pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta dan sangat menyakitkan hati orang-orang Muslim. Pantas jika kemudian Syeikh Al- Azhar menolak kunjungan Paus ke Mesir baru-baru ini mengingat rakyat Mesir masih merasa terhina dengan gunjingan itu.

Mengapa Nabi Muhammad selalu dituding dan dihina, padahal beliau adalah manusia mulia yang selalu menghargai pemeluk agama lain terbukti dengan piagam Madinah yang muncul disaat beliau berdakwah di tengah-tengah bangsa Arab. Mengapa Islam dituduh sejalan dengan aksi kekerasan padahal dalam agama ini mengutamakan cinta kasih dan perdamaian. Mungkin hingga saat ini masih banyak orang yang salah "mengenal" Islam. Misundestanding itu sengaja diwacanakan oleh sekelompok orang yang hasud, iri, dengki, sesat dan menjadi pengikut setia hawa nafsu dan setan.

Jika Misundestanding ini tidak diluruskan maka akan semakin melebar jurang pemisah menuju "ikatan persaudaraan" antara kaum muslimin dan umat nasrani. Padahal 14 abad silam di bawah kepemimpinan nabi Muhammad umat Islam, Yahudi dan Nasrani dapat hidup damai dan bebas melaksanakan ibadah masing-masing di Madinah tanpa ada gangguan. Saya rasa kehidupan indah itu dapat terulang kembali di zaman ini jika setiap orang bisa saling menghormati dan menghargai.

Islam dan Misi Perdamaian Dunia.

Mahmud Hamdi Zaqzuq, mendefinisikan Islam dalam bukunya "Al- Islam Wa Qadhaya Hiwâr" dengan dua pengertian; pengertian umum dan pengertian khusus. Dalam pengertian umum, menurutnya Islam adalah seluruh agama samawi yang disebarluaskan oleh nenek moyang manusia Adam hingga yang disebar luaskan oleh nabi Muhammad. Seluruh ajaran samawi tersebut bermuara pada keesaaan tuhan. Adapun pengertian khususnya, Islam adalah agama yang disampaikan oleh Muhammad, agama yang haqq, agama yang dianut oleh kaum Muslimin saat ini.

Islam sebagai rahmatan lil Alamien berusaha membawa perdamaian kepada seluruh umat manusia, bukan hanya umat Islam tapi mereka yang non muslim juga termasuk di dalamnya. Islam adalah agama untuk setiap zaman dan tempat, ajarannya sangat fleksibel dan mudah, ia berdiri atas akidah, syariah dan akhlak, oleh karena itu siapa saja yang mengetahui agama ini dengan benar maka tidak akan pernah menyesal menjadi Muslim. (Dr. Mohammed Abdel Qader Hatem, Al Akhlak fil Al Islam, Maktabah Usroh, 2003).

Jika PBB mendeklarasikan perlindungan Hak Asasi Manusia pada tanggal 10 Desember 1948, maka pada dasarnya Islam telah menjunjung HAM semenjak nabi Muhammad menyampaikan risalahnya beberapa abad silam, hanya saja paradigma Barat dan Islam dalam memandang HAM sangatlah berbeda baik bentuk maupun caranya (DR. Muhammad Imârah, Al Âtho' Al Hadhâri Lil Islâmi, Dâr al-Syoruq, 2004)

Keadilan, kebebasan, egalitarian tentu mendapatkan perhatian Islam, bahkan tidak sampai di situ saja, hingga hal-hal kecil pun Islam selalu memberikan "jalan dan petunjuk" bagi ummatnya, sehingga mereka dapat hidup sentosa sesuai dengan harapan.

Mengislamkan kehidupan dan menghidupkan keislaman harus dilakukan setiap Muslim. Islam tidak pernah menganjurkan pengerusakan, Islam tidak berdasarkan pemaksaan. Eksistensi Islam hingga akhir zaman disebabkan ajarannya yang benar dapat menenangkan jiwa dan menjernihkan akal. Itulah Islam yang "berwajah" manis, mengajarkan akhlakul karimah, menyeru kepada umatnya berbuat baik dan mulia. Firman-Nya "Karena itu Allah memberikan pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. 3:148) Adalah Islam yang melarang penghancuran dan pengerusakan, menghukum siapa saja yang mendzolimi orang lain, mencegah melakukan kemaksiatan. Adalah Islam yang menginginkan kesejahteraan seluruh makhluk hidup di bumi tanpa kecuali.

Dalam ajaran Islam perdamaian merupakan kunci pokok menjalin hubungan antar umat manusia, sedangkan perang dan pertikaian adalah sumber mala petaka yang berdampak pada dekadensi sosial. Agama mulia ini sangat memperhatikan keselamatan dan perdamaian, juga menyeru kepada umat manusia agar selalu hidup rukun dan damai dengan tidak mengikuti hawa nafsu dan godaan Syaitan, firman Allah : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. 2 :208)

Paling tidak ada beberapa ajaran Islam yang berorientasi kepada pembentukan perdamaian di tengah umat manusia, sehingga mereka dapat hidup sejahtera dan harmonis, diantaranya :

  1. Larangan Melakukan Kedzaliman.

Islam sebagai agama yang membawa misi perdamaian dengan tegas mengharamkan kepada umat manusia melakukan kedzaliman, kapan dan di mana saja. Firman Allah : Dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (QS. 25:19) Di samping itu rasulullah bersabda : "Wahai umatku sesungguhnya telah aku haramkan bagi diriku perbuatan dzalim dan aku juga mengharamkannya diantara kalian maka janganlah berbuat dzalim" (HR. Ahmad Fî Al Musnad)

Kedzaliman adalah sumber petaka yang dapat merusak stabilitas perdamaian dunia. Penindasan, penyiksaan, pengerusakan, pengusiran, imperialisme modern yang kerap terjadi pada negara-negara Muslim saat ini membuahkan reaksi global melawan tindakan bejat itu dengan berbagai macam cara, hingga perdamaian semakin sulit terwujud. Maka selayaknya setiap insan sadar bahwa kedzaliman adalah biang kemunduran. Dengan demikian jika menghendaki kehidupan yang damai maka tindakan kedzaliman harus dijauhi.

  1. Adanya Persamaan Derajat

Persamaan derajat di antara manusia merupakan salah satu hal yang ditekankan dalam Islam. Tidak ada perbedaan antara satu gologan dengan golongan lain, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kaya, miskin, pejabat, pegawai, perbedaan kulit, etnis dan bahasa bukanlah alasan untuk mengistimewakan kelompok atas kelompok lainnya. Allah berfirman : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13). Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk kalian ataupun kepada harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kalian" (HR. Imam Ahmad Fî Al Musnad). Jadi yang membedakan derajat seseorang atas yang lainnya hanyalah ketakwaan. Yang paling bertakwa dialah yang paling mulia.

Dengan adanya persamaan derajat itu, maka semakin meminimalisir timbulnya benih-benih kebencian dan permusuhan di antara manusia, sehingga semuanya dapat hidup rukun dan damai.

  1. Menjunjung Tinggi Keadilan

Islam sangat menekankan perdamaian dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat, keadilan harus diterapkan bagi siapa saja walau dengan musuh sekalipun. Karena dengan ditegakkannya keadilan, maka tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan dan didiskriminasikan sehingga dapat meredam rasa permusuhan, dengan demikian konflik tidak akan terjadi.

Allah berfirman dalam Al- Qur'an : Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 5:8). Ayat ini merupakan indikasi kuat bahwa risalah nabi Muhammad Saw sangat mulia karena ajarannya itu dapat menyelamatkan manusia dari kebinasaan yang disebabkan oleh hawa nafsu dan bisikan syetan. Keadilan merupakan kebutuhan primer manusia dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara dan Islam memberikan perhatian besar dalam hal itu sehingga setiap orang akan merasa diberlakukan sama dan sejajar yang pada akhirnya membuat mereka dapat hidup rukun.

  1. Memberikan Kebebasan

Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak adanya paksaan bagi siapa saja dalam beragama, setiap orang bebas menentukan pilihannya. Firman-Nya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang salah (QS. 2:256). Dalam ayat lain Allah berfirman : Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (QS. 10:99)

Dengan adanya kebebasaan itu maka setiap orang puas untuk menentukan pilihannya, tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung pada munculnya kebencian. Dengan kebebasan ini, jalan menuju kehidupan damai semakin terbuka lebar.

  1. Menyeru Hidup Rukun dan Saling Tolong Menolong.

Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk hidup rukun saling tolong menolong dalam melakukan perbuatan mulia dan mengajak mereka untuk saling bahu membahu menumpas kedzaliman di muka bumi ini, dengan harapan kehidupan yang damai dan sejahtera dapat terwujud. Allah berfirman : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. 5:2)

  1. Menganjurkan Toleransi

Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala perbedaan yang ada, dalam rangka mencegah terjadinya pertikaian yang dapat merugikan semua pihak. Dalam firman-Nya : Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (QS. 41:34-35). Sungguh sangat mulia ajaran Islam yang menyeru umatnya untuk selalu bersabar dan berbuat baik meski kepada orang-orang yang dibenci sekali pun demi mengakhiri api permusuhan.

  1. Meningkatkan Solidaritas Sosial.

Solidaritas sosial juga ditekankan oleh agama mulia ini untuk ditanamkan kepada setiap individu dalam masyarakat agar dapat memposisikan manusia pada tempatnya serta dapat mengentaskan kefakiran, kebodohan dan kehidupan yang tidak menentu. Maka Islam mewajibkan kepada orang yang mampu untuk menyisihkan hartanya guna diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Allah berfirman : Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta) (QS. 70:24-25). Dalam surat lain Allah berfirman : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketemtraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 9:103)

Jihad dalam Islam

Karya Dr Achmad Mahmud Karimah dengan judul "Al Jihâd fi al Islam" menguraikan tentang jihad secara eksplisit. Menurutnya para ulama mendifinisikan hakikat jihad sebagai sarana untuk mengerjakan apa yang dicintai oleh Allah berupa keimanan dan amal sholeh serta menghindari segala sesuatu yang dibenci Allah berupa kufur, fasik dan 'isyan. Ini adalah pengertian jihad yang luas, tidak dibatasi oleh pengertian jihad dalam arena perang demi membela keluarga, bangsa dan agama saja, tetapi lebih dari itu, yaitu melestarikan kemurnian aqidah serta tetap selalu melaksanakan syariat dengan baik dan benar.

Dari sini kemudian para ulama menggolongkan medan jihad dalam beberapa bentuk, yaitu ; Pertama jihad melawan hawa nafsu, Kedua jihad melawan godaan dan tipu daya Syetan, Ketiga jihad melawan gangguan orang-orang kafir dan munafik serta yang Keempat jihad melawan kemungkaran, fasiq, dan 'isyan.

Jadi jihad memiliki posisi mulia dalam Islam, jihad merupakan perisai umat Islam, jihad bukan dasar pijakan "melegalkan" pembantaian non Muslim atau meneror setiap orang, tapi sebaliknya berfungsi sebagai mesiu melawan kebiadaban, terorisme, pemerintahan otoriter yang lalim serta segala tindakan yang dapat merusak stabilitas perdamaian dan keamanan.

Jadi sangat tidak relevan sekali jika ada orang yang menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan kekerasan yang diberi nama "jihad". Sungguh nabi muhmmad tidak pernah sedikit pun memaksa orang lain masuk Islam apa lagi mengancam dengan pedang. Allah berfirman, "Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku" (QS. 109:6). Perintah jihad hanya berlaku untuk melindungi diri, menjaga stabilitas perdamaian di tengah-tengah masyarakat muslim, bukan untuk melukai dan menindas orang-orang yang tidak bersalah.

Violence bertentangan dengan ajaran Islam

Allah berfirman : Janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS. 2:60) dalam ayat lain Dia berfirman : Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (QS. 2:205). Banyak ayat-ayat suci Al- Qur'an yang menjelaskan bahwa Islam sangat menentang Violence.

Tidak ada manfaat sedikitpun dari Violence kecuali semakin merebaknya Violence itu sendiri. Tindakan kekerasan yang "dihiasi" dengan misi perdamaian dan kemanusian pasti akan memunculkan tindakan kekerasan serupa. Segala sesuatu jika diselesaikan dengan aksi kekerasan tidak akan pernah berakhir bahkan malah memperkeruh suasana. Stop war! Stop violence! Yell-yell ini yang harus kita teriakkan bersama kepada setiap orang terutama kepada para pemimpin dunia. Sudah begitu banyak kerugian yang ditanggung suatu bangsa akibat Violence.

Aksi kekerasan dan terorisme ada dan akan tetap eksis kecuali hingga setiap manusia bersatu, bergandengan tangan, mengenyampingkan perbedaan agama, ras, golongan untuk menentang setiap aksi bejat itu. Kita adalah manusia, kita keturunan Adam as, kita bersaudara, marilah kita selesaikan permasalahan yang ada dengan berdialog dan meninggalkan selamanya aksi kekerasan!


Kairo, 20 September 2006

Jamaluddin Al Afghani; Berpetualang Demi "Mengubur" Kolonialisme

Dalam kehidupannya ia disibukkan oleh pelbagai urusan dalam mensejahterakan umat. Ia telah mengarungi banyak daerah dan negara, mendapatkan sanjungan dan juga cercaan bahkan pengusiran. Perjuangan panjangnya pun berakhir ketika kanker yang telah menggerogotinya sejak tahun 1896 semakin mengganas dan tak bisa diobati. Pada tanggal 9 Maret 1897 ia wafat tanpa meninggalkan keturunan. Dunia berduka, kaum muslimin berkabung, setiap orang bersedih atas mangkatnya seorang tokoh Islam yang memiliki ide-ide segar di masanya, tokoh yang ingin memberantas "virus" kolonialisme, tokoh intelektual yang tak gentar terjun ke medan perang, tokoh itu bernama Jamaluddin Al- Afghani.


Ia dilahirkan di Asadabad pada tahun 1838. ayahnya bernama Sayyid Safdar salah seorang keturunan Ali At-Tirmizi yang telah lama hijrah ke Kabul. Sejak usia belia ia sudah menunjukkan kecerdasannya dengan menguasai berbagai macam disiplin ilmu, mulai dari sejarah, kedokteran, astronomi, hukum, metafisika, hingga filsafat juga telah ia kuasai.


Di usia muda ia pergi ke Najf guna menimba ilmu, di sana ia berdomisili selama lima tahun, setelah itu ia pulang ke tanah kelahirannya, ketika itu ia berencana melanjutkan studynya ke India guna melengkapi proses pendidikannya selama di Iraq. Akan tetapi Sayyid Safdar menghendaki agar Jamal mengurungkan niatnya itu. Demi mencapai cita-cita, akhirnya Al- Afghani berkata kepada ayahnya "aku bagaikan elang terbang tinggi yang melihat alam begitu luas sulit untuk dijelajahi. Dan aku kaget jika engkau hendak memenjarakanku dalam sangkar yang sempit nan mungil ini" ( Al-Urwah Al Wutsqa 2002 ) Perkataan ini merupakan indikasi kuat bahwa jamaluddin Al- Afghani memiliki semangat yang membara dalam menuntut ilmu meskipun ia harus berkeliling dunia. Maka tak heran jika dikemudian hari ia dikagumi oleh banyak orang dikarenakan memiliki ilmu yang luas.


Pada abad ke 17 Al- Afghani memulai petualangannya yang jauh dan melelahkan. Ketika itu kolonial semakin kuat dan merajalela dengan melebarkan sayap kekuasannya di penjuru dunia. Mereka telah menguasai sebagian besar daerah Afrika, india dan afrika Timur kecuali Libya. Salah satu misi mereka saat itu adalah menghancurkan negara-negara Islam yang barada dibawah pengaruh Daulah Ustmaniayah. Kolonialisme tersebar luas bak tumbuhnya jamur di musim hujan, kaum Muslimin semakin tertindas apa lagi kerajaan Ustmaniah berada diambang keruntuhan.


Dalam kondisi "panas" tersebut Al- Afghani masih dalam proses pendidikannya, ia semakin termotivasi, semangatnya terbakar dengan kondisi umat yang tidak menentu. Jamaluddin Al- Afghani semakin berambisi untuk berkelana ke berbagai tempat. Ketika ia berumur 19 tahun ia sudah menjelajahi India dan setelah itu menuju Najaf dan Karbala' dilanjutkan ke Teheran dan setelah itu ke Khurosan dan dari sana ia bertolak menuju Afghanistan. Di Afghanistan ia berdomisili di kabul. Di sanahlah Al- Afghani memulai karirnya. Sebagai mana yang dikatakan Doktor Muhammad Imarah berkebangsaan Mesir bahwa ia telah menulis bukunya yang pertama dengan bahasa Arab tentang sejarah Afghanistan, buku itu berjudul "Tatimmatu Al Bayan Fi Tarikh Al Afghan".


Jamaluddin berdiam di Afghanistan hingga tahun 1868. Selama di Afghanistan dia pernah diangkat menjadi perdana menteri dalam pemerintahan Muhammad A'dham Khan . Saat itu, Muhammad A'dham Khan sedang mempertahankan kekuasaannya dengan memanfaatkan kaum cendekiawan yang didukung rakyat Afghanistan sehingga kekuatannya semakin solid. Sayang, pada akhirnya Muhammad A'dham Khan terbunuh dan takhtanya jatuh ke tangan Sher Ali Khan. Itulah awal dari "masa pahit" dalam kehidupan Al- Afghani. Ujung-ujungnya Al- Afghani harus meninggalkan Kabul. Rupanya pengusiran oleh Sher Ali Khan berdampak bagi petualangan Al- Afghani selanjutnya.


India merupakan satu-satunya tujuan, karena saat itu ia dilarang melewati jalur Hijjaz melalui Persia. Di India Al- Afghani mandapat sambutan hangat dari penguasa saat itu. Akan tetapi ia dilarang untuk menemui para tokoh revolusi India. Khawatir pengaruh Al Afghani dapat menimbulkan perlawanan rakyat terhadap pemerintah kolonial. Akhirnya pemerintah India mengusir Al Afghani secara rahasia sehingga tidak memicu kemarahan penduduk setempat.
Al- Afghani dikirim ke Mesir. Ia tiba di Kairo di penghujung tahun 1879. Waktunya diisi untuk berdialog dan berdiskusi. Orang-orang pun tertarik untuk mengerumuninya guna mendengarkan dan menyimak perkataannya, di antara mereka adalah mahasiswa Al- Azhar, para tokoh pemerintahan dan politik.


Setelah empat puluh hari berdomisili di Mesir, ia pun membawa buku-buku yang selama ini setia menemani perjalanannya menuju Istambul untuk berdakwah. Di sana ia mendapatkan sambutan yang luar biasa. Ia pun segera diangkat menjadi anggota Al Majlis Al A'la' Lil Maa'rif. Pembahasan dalam seminar, ceramah dan kuliahnya terfokus pada pembebasan Islam dari pemikiran kharafat yang stagnan menuju pemikiran Islam yang logis dan rasional. Akan tetapi perjuangan Al- Afghani ini tak semulus apa yang ia banyangkan, di tengah dakwahnya itu ia "diserang" oleh fitnah yang muncul akibat keirian dan kedengkian sekelompok orang yang berbuntut pada pengusiran atas dirinya.


Dalam Periode selanjutnya Al- Afghani menuju ke Mesir dan tiba di Kairo untuk kedua kalinya pada bulat Maret 1871. Di sana ia melanjutkan dakwahnya yang pernah terputus dan segera mempengaruhi para mahasiswa dan ulama Al-Azhar. Saat itu ia bertemu dengan Muhammad Abduh, yang kemudian menjadi murit sekaligus sahabatnya, dalam sejarahnya Muhammad Abduh termasuk daftar tokoh-tokoh pembaharu Islam yang dapat memberikan kontribusi segar kepada dunia pemikiran Islam kontemporer. Periode inilah puncak dari karir Al- Afghani, ia begitu produktif dalam menelurkan ide-ide inovatif dalam menyusun "puzzel" pemikiran guna mengangkat kaum muslimin yang tenggelam dalam tanah hidup yang dalam.


Paling tidak ada dua hal penting yang terpatri dalam diri murit Al- Afghani ketika mengikuti kuliahnya, Pertama, Membangkitkan kembali "turas ummah" yang pernah berkilau. Kedua, Menggambarkan kepada umat akan sejarah, budaya dan thuras mereka dalam rangka membangkitkan semangat dalam melawan kolonialisme Barat.


Dalam jangka yang relatif singkat para sahabat dan murit Al- Afghani menerbitkan beberapa buletin, jurnal dan majalah yang telah mempengaruhi dunia pemikiran dan politik di Mesir kala itu.


Beberapa saat kemudian Jamaludian mendirikan partai yang pertama dan utama di antara partai-partai Mesir yang ada. Partai itu bernama "Al Hijb Al Wathani" yang menghimpun berbagai pendapat dan pemikiran, mengohohkan peta politik, serta membentuk kekuatan militer (Tentara inilah yang menjadi tentara inti dalam perang Arab tahun 1881) Tetapi, pemberontakan kaum nasionalis Mesir pada tahun 1882 berujung pada tindakan deportasi oleh pemerintah Mesir yang mencurigai Al- Afghani sebagai dalang dari pemberontakan itu. Afghani dideportasi ke India, kemudian ia bertolak ke London. Di sana ia bertemu dengan Muhammad Abduh, muridnya yang ternyata juga "dibuang" oleh pemerintah Mesir.


Selanjutnya Al- Afghani mengisi sisa-sisa umurnya berpetualang di daratan Eropa demi misi dakwahnya. Salah satu bukti nyata kehebatan tokoh inovatif ini adalah jurnal anti kolonialisme yang diterbitkan di Paris. Jurnal itu bernama Al- Urwatul Wutsqa. Jurnal ini begitu progresif dalam melawan badai imperialis dengan merekam opini dan analisis dari tokoh-tokoh Islam maupun Barat. Siapakah tokoh Islam yang akan lahir selanjutnya? Anda!.....


Kairo, 12 Maret 2007


Perang dan Damai

Dahulu, dikehidupan manusia purba peperangan sangat rentan terjadi demi melangsungkan kebutuhan hidup. Peperangan mereka teramat beda jika dibandingkan dengan perang yang ada pada zaman kerajaan Babilonia, Romawi, China maupun Mesir. Mereka berperang bukan dengan manusia sebagai lawan tanding melainkan dengan lingkungan, termasuk serangan binatang buas.


Seiring dengan perkembangan kinerja otak manusia yang dilanjutkan dengan tumbuhnya peradaban baru maka kebutuhan akan kekuasaan dan wilayah semakin menggila. Tragisnya kemunculan kehidupan baru ini dipertajam oleh suasana persengketaan antar klan yang nyaris berlarut-larut.


Patut untuk dicermati disini bahwa peperangan akan meletus bilamana manusia telah menempati semacam kawasan tetap dan membentuk suatu kesatuan masyarakat yang sarat dengan pelbagai macam aturan main.Tanpa itu perdamaian kiranya akan tetap berjalan pada tempatnya. Tidak ada pertentangan apalagi benturan-benturan peradaban.


Mungkin bisa saja saya katakan bahwa terjadinya peperangan ini disebabkan oleh wujud perasaan ingin memiliki dan menguasai yang lain. Semakain besar kekuatan suatu bangsa semakin besar pula nafsu untuk menundukan dan memiliki. Hal ini persis apa yang telah dialami oleh sejarah bangsa Mongol. Mongol yang dulu hanya beberapa kawasan berpetak ditengah padang sabana lantas berubah menjadi bangsa penjarah yang sadis sesudah jengis Khan sadar akan kekuatan yang dimilikinya.


Masih dalam kontek ini saya ingin sekali memberikan suatu ketakjuban atas ouvere yang ditulis oleh Gaston Bouthoul. Dan bilamana dimuka saya lebih banyak menyinggung masalah peperangan maka untuk seterusnya tulisan ini akan lebih banyak terfokus kepada ranah persinggungan antara perang dan perdamaian.


Ketakjuban saya atas buku Avoir La Paix (perdamaian yang dipersenjatai) karya Gaston Bouthoul, pakar ilmu sosiologi perang Perancis ini tidak lain hanya dilatar belakangi oleh pemikiranya yang begitu unik. Dikatakan unik karena ia berbeda dengan pakar lain dalam menangani kajian atas kasus perdamaian. Dalam bukunya tersebut ia berusaha mengemas permasalahan tadi dengan mengadakan studi persinggungan antara isu perdamaian dan peperangan.


Entah sejak kapan peperangan dan perdamaian mengeruak dipentas dunia ini. Apakah perang terlebih dulu atau damai. Yang jelas betapa pun para pilosof maupun sejarawan bergelut dalam masalah ini namun semuanya tidak dapat menampakan kepada kita hasil yang nyata. Adapun menurut pandangan Heraclius pribadi peperangan adalah lebih awal. Meskipun peperangan bukan segalanya tapi yang pasti peperangan lebih awal dan acap mengeram pada semua sektor termasuk juga dalam alam fikiran kita.


Menurut Bothoul peperangan meletus bukan disebabkan faktor politik namun lebih cenderung terjadi karena konflik sosial yang bermuara pada ketegangan diri individu sosial. Dan jalan satu-satunya untuk menanggulanginya adalah dengan memadamkan ruh permusuhan.Hanya dengan cara itulah kita dapat menyentuh serta mengobati ketegangan tadi, tukasnya.


Mungkin bagi saya corak penanggulangan Bothoul ini lebih mendekati metode ala psikolog ketimbang sosiolog kendati pada sisi lain perannya sebagai seorang sosiolog polemologi sedikit demi sedikit kentara juga.


Pun saya pribadi melihat bahwa ide yang dibawa Bothoul ini --- dalam menangani kasus peperangan—hampir mirip dengan tawaran yang diajukan oleh guru Kong (julukan Kong-futse) dan Mo zi (480-420 SM) ribuan tahun yang lalu. Terutama dengan pemikiran Mo zi yang mengajak kita agar menebarkan cinta Universal. Dalam hal ini Mo zi berupaya menggiring kesadaran tiap manusia supaya menciptakan manusia tanpa kelas atas dasar cinta universal. Sebab pengkotakan masyarakat akan berdampak kepada pertentangan serta ketegangan yang dapat melibas element bawah dan melebar ketepi jurang peperangan, seperti yang dirasakan pada waring states period, periode Cina kuno berkisar antara 6 sampai 5 sebelum masehi. Dengan cinta universal ini diharap segala manusia dalam beragam kasta ---melintasi batasan SARA—dapat melenyapkan hawa permusuhan.


Yang saya maskudkan kemiripan antara Bothoul dan kedua tokoh diatas bukan berarti ia menyerukan love othernya Kong-futse atau cinta Universal Mo zi. Penilaian saya ini terletak pada keterkaitanya dalam menangani kasus diatas. Ketiganya bertitik tolak atas unsur psikologi jiwa manusia yang berupa peniadaan akan sikap permusuhan dan kedengkian.


Selanjutnya masalah perdamaian tidak akan mungkin ditelusuri jejaknya jika kita tidak mampu mensejajarkannya dengan peperangan. Sebab lahirnya perdamaian ini diakibatkan oleh hilangnya peperangan (meminjam istilah Aristide Briand). Atau dalam bahasa Jack Breefer, perdamaian hakiki hanya akan hadir kalau peperangan sedang meletus di tempat lain. Dengan demikian antara perang dan damai mempunyai titik kesamaan yang erat.


Untuk itu ada baiknya kalau saya disini mengutip pandangan rasul saw tentang fenomena perang. Beliau bersabda Al-jannatu tahta dzilal as-suyuf (surga berada dibawah naungan pedang). Hadits ini saya kira kurang tepat jika dijadikan dalih guna menggencarkan serangan membabi buta terhadap kaum kafir. Melainkan hemat saya hadits ini mengisyaratkan kepada suatu rahasia terpendam. Seolah-olah rasulullah mengatakan bahwa dibalik bengisnya peperangan terdapat segunduk pundi emas kedamaian (al-jannah). Saya analogikan al-jannah dengan kedamaian sebab kedamaian merupakan akhir tujuan tiap manusia sebagaimana surga.Jadi peperangan adalah modal pokok bagi perdamaian. Kendati perdamaian sendiri tidak mesti diperoleh dengan jalur peperangan akan tetapi keduanya saling membentuk rantaian mutual-komensalisme.


Dan sudah barang tentu jika perdamaian dan perang merupakan dua fenomena yang saling merajut dan saling melengkapi. Perdamaian tidak akan pernah muncul bilamana perang tidak kunjung hadir. Demikian sebaliknya. Pendek kata perdamaian adalah produk peperangan, sebagaimana perdamaian juga mengandung muatan anasir perang. Hingga pada suatu babak nanti perdamaian keluar sebagai pemenang. Intinya mesti ada kajian komperatif antara polemologi (ilmu tentang peperangan) dan trenologi (ilmu tentang perdamaian) untuk mengulas permasalahan diatas.


Wallahu a'lam bi ashowab.

Autentisitas Al- Qur'an

Autentisitas Al- Qur'an

( Pengantar Kajian Perbandingan dengan Taurat dan Injil.)

Oleh:

M. Abdurachman. Rachimi*

Pendahuluan

Dalam rentang masa dua puluh tiga tahun, kitab suci Al- Qur'an diturunkan secara berkala[1] untuk memenuhi tuntutan setiap perkembangan dakwah rasul di tengah-tengah bangsa Arab. Al- Qur'an adalah mukjizat rasulullah yang selalu eksis menemani kaum muslimin dalam menghadapai pergolakan kehidupan dalam setiap zaman. Oleh karenanya Al- Qur'an sebagai rujukan pertama dalam Islam (al- Mashdar al Awwal) selalu dipelajari, diteliti dan dikaji oleh khalayak ramai dengan berbagai maksud dan tujuan.

Dalam perjalanannya, Al- Qur'an selalu mendapatkan serangan bertubi dari kaum orientalis. Orisinalitas dan autentisitas Al- Qur'an digugat, tudingan terhadap aneka ragam bacaan Al- Qur'an dan kelainan mushaf para sahabat dengan mushaf Ustmani selalu dilontarkan tanpa adanya pijakan kuat. Keagungan Al- Qur'an pun dipertaruhkan dalam menghadapi badai pemikiran kaum orientalis yang kian menggurita dan bahkan telah mampu mempengaruhi pola pikir sebagian pemikir muslim dalam menginterpretasikan dan memposisikan ayat-ayat tuhan tersebut.

Beberapa penulis dari kalangan orientalis mengemukakan teori miring tentang Al- Qur'an. Seperti Noldeke, menganggap bahwa nabi Muhammad pernah lupa tentang wahyu sebelumnya, sedangkan Rev. Mingana menegaskan bahwa nabi Muhammad maupun masyarakat muslim tidak pernah menganggap Al- Qur'an secara berlebihan, kecuali setelah meluasnya wilayah kekuasaan Islam.[2] Atau T. Lester menjelaskan bahwa dulu para ilmuan Soviet melihat Islam berdasarkan sikap keragu-raguan ideologi. N.A. Morozov misalnya, dengan mudah memberi alasan bahwa hingga masa Perang Salib tidak dapat dibedakan (Islam) dengan agama Yahudi dan hanya setelah masa itu ia memiliki ciri khas tersendiri, sedang Muhammad dan khalifah pertama tidak lebih dari tokoh dalam cerita bohong.[3] Atau pun G.R. Puin dengan arogannya mengatakan bahwa Al- Qur'an tidak lebih dari naskah cocktail yang tidak semuanya dapat dipahami di zaman nabi Muhammad sekalipun.[4]

Semua itu hanya bullshit belaka, tapi jika teori itu dibiarkan tersebar begitu saja tanpa dicounter, tentu bukan langkah tepat. Misunderstanding tentang Islam dan sumber ajarannya akan selalu menghantui setiap orang, bahkan orang Islam yang lemah keimanannya dapat menjadi korban.

Al- Qur'an, Taurat dan Injil[5]; Memiliki Ajaran yang Sama

Allah mengutus para nabi kepada hamba-hamba-Nya di bumi ini, sejak diturunkannya Adam as. hingga diutusnya nabi Muhammad saw sebagai rasul terakhir bagi seluruh umat manusia. Risalah yang dibawa oleh para nabi semuanya sama, yakni menyeru untuk menyembah tuhan yang satu, tak ada sekutu bagi-Nya, yaitu Allah swt.

Nuh as. menyeru kaumnya beribadah kepada Allah yang Esa dan tidak menyekutukan-Nya. Beliau dengan tegas menyampaikan hakikat risalah tauhid serta menyatakan dirinya termasuk ke dalam golongan orang-orang muslim. Fakta ini dipertegas dalam Al- Qur'an, "Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)".[6] Begitupun dengan nabi Ibrahim as yang merupakan "sumber" para nabi di jazirah Arab, juga menyatakan dirinya masuk ke dalam golongan orang-orang muslim.[7] Dalam Al- Qur'an disebutkan; "Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik".[8] Nabi Musa juga menyeru bani Israil menyembah Allah yang Agung. Begitupun halnya dengan nabi Isa yang menyeru Bani Israil beribadah kepada Allah semata dengan demikian tentu ajaran yang di bawa oleh Isa tersebut merupakan bagian dari risalah yang telah dibawa oleh nabi Muhammad. Nabi Isa, nabi Muhammad dan para rasul lainnya semuanya mengemban misi yang sama yakni mengajarkan bagaimana menyembah tuhan mereka.[9]

Jadi sudah jelas bahwa semua rasul mengemban amanah yang sama yaitu menyeru umat manusia beribadah kepada Allah, seluruh risalah mereka bermuara pada dasar-dasar akidah, ibadah dan akhlak[10]. Allah berfirman; "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku" [11]. Dalam menjalankan tugas mulia tersebut para rasul menerima wahyu dari tuhan sebagai sumber ajaran dari risalah yang mereka bawa. Sebagian mereka menerima kitab suci dari Allah, nabi Musa menerima Taurat, nabi Isa menerima Injil dan nabi Muhammad menerima al- Qur'an.

Dalam Al- Qur'an sendiri dijelaskan bahwa Allah menurunkan kitab suci kepada sebagian nabi. Tapi amat disayangkan kitab-kitab samawi tersebut mengalami perubahan dan penambahan yang dilakukan oleh agamawan dan ilmuan di masanya.[12] Jika kita teliti dengan cermat maka paling tidak kita akan menemukan dua nuktah penting mengenai kitab-kitab samawi tersebut dewasa ini:

  1. Bagian dari kitab-kitab samawi masih autentik dan tidak mengalami perubahan.
  2. Bagian lain dari kitab-kitab samawi yang telah dirubah, atau bagian lain yang telah hilang, dihapus atau diganti.[13]

Al- Qur'an sebagai kitab samawi terakhir menegakkan panji-panji kebenaran dan membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Allah berfirman, "Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;"[14] Dengan demikian al- Qur'an membenarkan bagian yang autentik dari kitab-kitab samawi yang tak terjamah dari perubahan dan pemalsuan tangan-tangan jahil.[15]

Jika ditinjau dari nilai kebenaran dengan kacamata al- Qur'an, paling tidak isi dalam kitab Taurat dan Injil dapat diklarifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:

  1. Bagian yang sesuai dan senafas dengan kandungan kitab suci al- Qur'an dan Sunnah Nabawiyah, atau sesuai dengan ajaran Islam, maka kita menerima bagian ini. Bukan karena bagian tersebut telah tertera dalam kitab-kitab itu tetapi karena telah termaktub dalam kitab suci al- Qur'an atau Sunnah Nabawiyah; atau kita menerima bagian tersebut karena sesuai dengan ajaran Islam.
  2. Bagian yang bertentangan dengan kandungan kitab suci al-Qur'an dan Sunnah Nabawiyah; atau berlawanan dengan ajaran Islam, maka bagian ini harus kita tolak dan kita tinggalkan.
  3. Bagian yang tidak disinggung oleh al- Qur'an dan Sunnah Nabawiyah serta tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka hendaknya kita tidak menerima bagian ini dan tidak pula menolaknya.[16]

Menurut versi Islam, hingga saat ini dari kitab-kitab samawi tersebut yang masih autentik dan original hanyalah al- Qur'an yang berfungsi sebagai hudan linnas. Al- Qur'an sendiri mengandung banyak teori-teori ilmiah yang sangat bermanfaat bagi kemajuan peradaban manusia dan tidak akan pernah bertentangan dengan fakta alam yang berlaku.[17] Inilah rahmat yang Allah berikan kepada kaum nabi Muhammad.

Al- Qur'an; Pengumpulan dan Proses Penulisannya.

Di atas sempat kami singgung bahwa di antara kitab-kitab samawi saat ini yang autentik dan original hanyalah al- Qur'an saja, sedangkan kitab-kitab yang lain telah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Mengapa al- Qur'an tidak bisa di sentuh oleh tengan-tangan jahil? Mengapa mukzizat terbesar nabi Muhammad ini akan tetap kekal hingga kiamat kelak tanpa mengalami perubahan isi sedikit pun? Dalam konteks ini Allah telah berfirman; "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya"[18] Allah yang maha perkasa telah berjanji akan memelihara dan menjaga al- Qur'an sehingga perubahan al- Qur'an dari yang aslinya mustahil terjadi.

Penulisan dan pengumpulan al- Qur'an merupakan hal yang esensial dalam menjaga keautentikan al- Qur'an. Dengan mengkaji bagaimana al- Qur'an tersebut ditulis dari masa kehidupan rasul hingga penjagaan umat Islam terhadap autentisitas al- Qur'an sampai saat ini dapat dijadikan pijakan perbandingan dengan kitab-kitab samawi lainnya[19]. Paling tidak penulisan dan pengumpulan al- Qur'an dapat dibagi menjadi dua periode besar, yaitu :

A. Penumpulan Al- Qur'an Pada Masa Nabi Muhmmad

Setiap kali rasulullah menerima wahyu, beliau selalu membacakannya di depan para sahabat[20] dengan baik dan pelan-pelan, sehingga para sahabat mudah menghafalkan lafadz-lafadz wahyu tersebut serta dapat memahami makna dari wahyu itu.[21]

Rasulullah adalah sosok manusia yang diberikan kecerdasan yang luar biasa. Beliau dapat menghafalkan al- Qur'an dan menyampaikannya kepada para sahabat tanpa ada kesalahan sedikit pun. Wahyu tersebut dan pemahamannya "tertanam" dalam diri rasul, oleh karena itu mustahil bagi rasul menyampaikan wahyu yang salah kepada para sahabat. Ini adalah keutamaan yang Allah berikan kepada nabi Muhammad. Allah berfirman, "Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya, Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya."[22]

Al- Qur'an merupakan kitab suci yang menjadi sumber utama nabi dan para sahabat, mereka selalu membacanya siang hari dan sepanjang malam. Mengumandangkan ayat-ayatnya ketika melakukan shalat atau di luar waktu shalat. Bahkan Jibril a.s. dan rasulullah saling membacakan al- Qur'an setiap tahun hingga di tahun wafatnya nabi, Jibril membacakannya dua kali.[23]

Para sahabat selalu bersemangat menghafalkan ayat-ayat al- Qur'an serta mengkaji al- Qur'an tersebut dalam majlis-majlis. Jika terdapat musykilah dalam pemahamannya mereka bergegas menanyakannya kepada rasul. Pada saat itu Al- Qur'an menjadi pusat perhatian besar para sahabat, segala daya dan upaya tercurahkan kepada pembelajaran dan pengkajian al- Qur'an sebagai wahyu tuhan. Maka tak heran jika kemudian banyak di antara para sahabat yang telah hafal al- Qur'an dengan hafalan yang baik dan benar.

Selain dengan cara menghafalkan ayat-ayat al Qur'an tersebut, untuk menjaga kautentikan al-Qur'an, rasul memerintahkan para sahabat terbaik untuk mencatatnya, di antara para sahabat yang mencatat al- Qur'an pada masa rasul adalah; Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thallib, Muawiyah, Abani bin Said, Khalid bin Walid, Abi bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit.[24] Bahkan rasullullah pernah melarang menuliskan segala sesuatu kecuali al- Qur'an, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pencampuran antara al- Qur'an dengan hadist.[25]

B. Pengumpulan al- Qur'an Pada Masa Sahabat.

Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya bahwa al- Qur'an pada masa rasul telah dijaga keautentikannya dengan hafalan yang dilakukan oleh para sahabat dan penulisan ayat-ayat Allah tersebut, akan tetapi tulisan ayat-ayat al- Qur'an itu tersebar pada kayu, daun, kulit hewan dan alat-alat tulis lain yang digunakan oleh orang-orang Arab tempo dulu. Hal itu terjadi karena al- Quran diturunkan secara bertahap yakni selama kurun waktu dua puluh tiga tahun. Sehingga umat Islam menunggu dan terus mengkaji hingga wahyu terakhir turun yang berujung pada wafatnya nabi Muhammad saw.

Setelah rasulullah wafat, Abu Bakar berusaha untuk menyatukan al- Qur'an yang tersebar tersebut dalam satu mushaf. [26] Maka Abu Bakar menyuruh seorang yang cerdas, tekun, sholeh, berpengetahuan luas, dapat dipercaya dan taat beribadah ia bernama Zaid bin Tsabit untuk melakukan tugas mulia ini. Pengumpulan ayat suci al- Qur'an itu tidak dilakukan oleh Zaid bin Tsabit sendiri, tetapi ia mengajak orang-orang yang hafal al- Qur'an dari para sahabat senior untuk barsama-sama meneliti dan menelaah al- Qur'an yang akan dikumpulkan tersebut, di antara mereka adalah Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thallib, Ibn Mas'ud, Abi bin Ka'ab[27] dan tentunya penumpulan dan penulisan ini dibawah pengawasan Abu Bakar ra.[28]

Tujuan Abu Bakar mengumpulkan al- Qur'an hanyalah untuk menyatukannya dalam suatu tempat sehingga dapat terjaga dengan baik. Tetapi setelah meluasnya daerah kekuasan Islam dan terjadinya perbedaan pendapat di antara umat Islam dalam membaca al_Qur'an bahkan sebagian mereka mengunggulkan bacaan mereka masing-masing.[29] Yang mana kondisi tersebut tentunya dapat memicu keretakan di antara kaum Muslimin, maka dengan sebab itulah pada masa kekuasaan khalifah Ustman bin Affan al- Qur'an ditulis kembali dalam satu mushaf yang hingga saat ini kita kenal dengan mushaf Ustmani. Tujuan utama dari penyusunan mushaf Ustmani tersebut adalah untuk menyatukan umat Islam yang jumlahnya semakin menggurita dan tersebar luas di belahan dunia.

Untuk pekerjan mulia dan penting ini, Ustman bin Affan membentuk tim solid yang terdiri dari para sahabat senior dan dapat dipercaya, yaitu: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin al 'Asy dan Abdurrahman bin Harist bin Hisyam. Setelah tim terbentuk, maka Ustman mulai melakukan langkah jitu. Adapun metodologi dan langkah-langkah yang diambil oleh Ustman bin Affan dalam penulisan al-Qur'an itu di antaranya adalah:

1. Utsman menyuruh tim penulisan mushaf Ustmani untuk mengambil al-Qur'an yang telah disatukan oleh Abu Bakar.

2. Ustman mempertegas kepada anggota tim untuk tidak menulis kecuali benar-benar yakin bahwa yang ditulis itu adalah ayat suci al- Qur'an yang sampai kepada mereka secara tawatir dari nabi Muhammad saw.

3. Khalifah Ustman mengingatkan anggota tim bahwa pekerjaan mereka sangat penting dan harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Pada prakteknya pekerjaan tim ini dibawah arahan Ustman bin Affan.

4. Ustman menyuruh tim agar tidak menulis kecuali ayat-ayat suci al- Qur'an yang murni dari rasulullah ketika beliau hidup.

5. Khalifah Ustman bin Affan menyuruh tim agar menulis al- Qur'an berdasarkan ayat dan surat secara tertib.[30] Susunan ini berdasarkan perintah rasul disaat beliau hidup dan ijtihad para sahabat jika terjadi perbedaan di antara mereka dengan mengambil pendapat yang paling benar dan hujjah yang paling konkret.[31]

Penjagaan Umat Islam Terhadap Autentisitas Al- Qur'an

Dari masa diturunkannya wahyu kepada nabi Muhammad hingga saat ini, banyak sekali kaum muslimin yang memiliki ghirah dalam menghafal ayat-ayat suci al- Qur'an. Mulai dari anak- kecil hingga orang dewasa, wanita dan laki-laki semuanya memiliki semangat untuk menghafalkan al- Qur'an.[32] Selama kurun waktu empat belas abad al- Qur'an selalu dikaji, dipelajari, diajarkan serta dibaca oleh kaum muslimin. Adapun keutamaan belajar, mengajar dan membaca Al- Qur'an di antaranya adalah:

  1. Utsman bin 'Affan mengatakan bahwa nabi Muhammad pernah bersabda; "Yang terbaik di antara kamu sekalian adalah yang mempelajari al- Qur'an kemudian mengajarkan kepada orang lain." Kata-kata yang sama juga disampaikan oleh 'Ali bin Abi Thalib.
  2. Menurut Ibn Mas'ud, nabi Muhammad berkomentar; "Barang siapa yang membaca satu huruf dari al- Qur'an ia akan diberi imbalan amal shaleh dan satu amal shaleh akan mendapat pahala sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan alif lâm mîm sebagai satu huruf, melainkan alif satu huruf, lâm satu huruf dan mîm satu huruf."
  3. Di antara pahala seketika bagi yang mempelajari al- Qur'an adalah penghargaan umat Islam agar bertindak sebagai imam shalat, suatu kedudukan penting yang secara khas diberikan di awal permulaan Islam.
  4. Umar bin Khattab menjelaskan bahwa nabi Muhammad bersabda; "Melalui kitab ini, Allah meninggikan beberapa orang dan merendahkan yang lain di antara kita"
  5. Dalam menjelaskan tentang kebaikan orang-orang yang menghafal al- Qur'an, Abdullah bin Amr mengabarkan bahwa nabi Muhammad bersabda, "Seseorang yang mencurahkan hidupnya untuk al-Qur'an akan diminta di hari kiamat naik ke atas untuk membaca dengan hati-hati seperti yang ia lakukan selama di dunia, di mana ia akan masuk surga setelah bacaan ayat terakhir."
  6. Bagi yang bermalas-malasan dan tidak mengindahkan kitab suci al- Qur'an, nabi Muhammad menentangnya dengan sebuah peringatan. Ibn Abbas menceritakan bahwa nabi Muhammad pernah bersabda, "Seseorang yang tidak berminat terhadap al- Qur'an laksana rumah yang telah hancur"[33]

Dengan ramainya kegiatan dan aktivitas dalam "menghidupkan" ayat-ayat suci al- Qur'an merupakan indikasi kuat bahwa al- Qur'an dari pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad hingga saat ini dapat terjaga keautentikannya. Dr. Yusuf Qadhowi, menyebutkan bahwa salah satu ciri khas al- Qur'an adalah kitab tersebut terjaga dari adanya perubahan dan pemalsuan. Inilah salah satu poin yang membedakan al- Qur'an dengan kitab-kitab samawi lainnya.[34]

Penutup.

Yahudi dan Kristen tidak diragukan lagi merupakan agama samawi, hanya saja sikap keragu-raguan muncul dalam hal penulisan Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pada mulanya Kitab Perjanjian Lama dianggap sebagai karya wahyu ilahi, namun pada masa berikutnya dianggap sebagai karya nabi Musa. Teori terakhir mengatakan bahwa beberapa sumber (lebih dari seribu tahun) bertambah akan adanya lima kitab karya Nabi Musa. Begitu pun dengan injil nabi Isa (new testament) telah lenyap sejak awal dan diganti dengan penulis yang tidak memiliki hubungan keilmuan dengan sumber pertama.[35] Coba bandingkan fenomena ini dengan ribuan manusia berjiwa shaleh yang hidup bersama dan menemani nabi Muhammad serta berperan secara aktif di waktu perang dan damai, di kala susah dan senang semuanya terlibat dalam proses dekumentasi ayat al- Qur'an dan dilakukan secara transparan yang melibatkan banyak orang.

Sebagai catatan akhir penulis ingin menekankan high value al- Qur'an sebagai sumber acuan umat Islam yang mana karya monumental tuhan tersebut hanya terdiri dari tiga puluh juz yang mengandung makna sangat luas dan tidak terbatas, bahkan jika setiap orang menggunakan waktunya sepanjang hayat untuk mengkaji kitab suci itu maka ia tidak akan pernah "menguras" seluruh ilmu yang tersurat maupun tersirat dalam al- Qur'an, dengan demikian tak heran jika al- Qur'an akan tetap "hidup" sepanjang masa. Itulah salah satu keunggulan al- Qur'an sebagai mukjizat terbesar nabi Muhammad.

* Mahasiswa universitas Al- Azhar fakultas Usuluddin jurusan Aqidah Filsafat.



[1] Al- Qur'an diturunkan secara berkala agar memudahkan umat nabi Muhammad dalam menghafal dan memahami firman-firman Allah tersebut sehingga dapat terhindar dari kesalahan. Tentu al-Qur'an berbeda dengan kitab-kitab samawi sebelumnya yang diturunkan sekaligus. Allah berfirman; "Berkatalah orang-orang kafir: "Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqân: 32). Lihat, Dr. Fathi Muhammad Gharib, Futuhat ar Rahman Fi Jam'I al Qur'an, Hal, 25

[2] Prof. Dr. M. Musthofa Al- A'zami, The History of The Qur'anic Text from Revelation to Compilation, A Comparative Study with the Old and New Testaments, hlm. 56

[3] Ibid., hlm. 2.

[4] Ibid., hlm. 3

[5] Pada awalnya Taurat dan Injil merupakan kitab suci yang diturunkan kepada nabi Musa dan Isa, kitab-kitab tersebut mengandung muatan positif dalam kehiduan manusia, membawa risalah ilahi yang haqq. Allah berfirman; "Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik" (QS. Al-Mâidah: 47) Dalam ayat lain Allah berfirman; "Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. (QS. Yûnus : 94 )

[6] QS. Yûnus : 72

[7] Prof. Dr. Muhammad Sayyid Ahmad Al Musayyar. Al Masih wa Risâlatuhu Fi Al Qur'an. Maktabah As Syofa, Kairo. cet. II. 2005, hlm 16.

[8] QS. Ali-‘Imrân: 67

[9] Syeikh Muhammad Al Ghazali, Ma'rakah Al Mushaf, Dar Nahdhatu al Mishri. 1996. hlm. 34.

[10] Prof. Dr. Muhammad Sayyid Ahmad Al Musayyar , Op.cit. hlm.17

[11] QS. Al-Anbiyâ`: 25

[12] Banyak kandungan perjanjian lama dan perjanjian baru (Old Testament and New Testament) yang bertentangan dengan Al- Qur'an. Seperti tudingan yang dilontarkan oleh orang Yahudi dalam perjanjian lama terhadap para nabi. Nabi Ibrahim yang dituduh sebagai sang pendusta, Luth yang sering minum khamar dan berzina, Ya'qub seorang penipu, Harun membuat anak sapi dari emas untuk disembah, Musa dan Harun yang menghianati tuhannya, Daud berzina dengan istri tetangganya dan merencakan pembunuhan terhadap tetangganya itu. Atau sifat-sifat tuhan yang sangat menyimpang dari kebenaran, seperti tuhan itu memiliki tubuh dan tampak seperti manusia, Dia makan, minum dan tidur. Tuhan memiliki anak laki-laki. Tuhan juga melakukan kesalahan dan terkadang juga lupa dan menyesal atas ketentuan yang ditetapkan-Nya. Lebih jelasnya lihat : Dr. Muhammad Anwar Hamid Isa. Buhuts Fi Al Yahudiyah; an Nasy'ah, al Masôdir, al Aqôid, al Firaq. Cet. I. 2001, hlm 83-125.

[13] Dr. Sofwat Hamid Mubarak, Mudkhal Li Dirâsah Al Adyân, hlm, 145

[14] QS. Al-Mâidah : 48

[15] Yang berhubungan dengan pemalsuan yang dilakukan orang-orang Yahudi, Allah berfirman; "Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan" (QS. Al-Baqarah : 79) dalam ayat lain Allah berfirman, "Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya" (QS. Al-Mâidah: 13). Adapun yang berhubungan dengan orang-orang Nasrani, firman-Nya; " Dan diantara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami orang-orang Nasrani, ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya…" (QS. Al-Mâidah: 14). Dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa sebagian dari kitab-kitab Yahudi dan Nasrani telah dirubah, sebagian lainnya telah dilupakan atau hilang.

[16] Dr. Sofwat Hamid Mubarak, Op.cit. hlm. 152

[17] Untuk keterangan lebih lanjut lihat : Dr. Maurice Buccaile, Al- Qur'an Al Karim wa At Taurah wa Al Injil wa Al Ilm, Dirâsât al Kutub al Muqaddasah Fi Daui al Ma'ârif al Haditsah. Maktabah Madbuli, cet. II. 2004. hlm 141- 276.

[18] QS. Al-Hijr : 9

[19] Ada tiga kitab samawi yang masih diakui oleh pemeluk agama masing-masing. Yaitu Taurat, Injil dan al- Qur'an.

[20] Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan sahabat Rasulullah. Definisi sahabat menurut para ulama ahli hadist adalah setiap muslim yang melihat rasulullah meskipun hanya sekilas dan ia meninggal dalam beragama Islam. Adapun di kalangan ulama usuluddin terdapat perbedaan di antara mereka dalam mendefinisikan sahabat, perbedaan mereka terletak pada waktu orang muslim itu hidup bersama rasulullah. Di antara mereka berpendapat bahwa sahabat adalah orang muslim yang menemani nabi selama satu tahun dan ada juga yang berpendapat bahwa sahabat adalah yang menemani rasul selama kurun waktu dua tahun. Menurut Dr. Musthofa Muhammad Abu Imarah di antara pendapat para ulama tersebut yang paling rajah adalah pendapat pertama yakni ulama ahlu al hadist. Lebih lengkapnya lihat : Dr. Musthofa Muhammad Abu Imarah, Dirâsât Fi al Marfû' wa al Mauqûf wa al Maqtû'. cet II. 2004. hlm. 49-52.

[21] Dr. Fathi Muhammad Gharib, Futuhat ar Rahman Fi Jam'I al Qur'an, Hal, 19

[22] QS. Al-Qiyâmah : 16-19

[23] Dr. Fathi Muhammad Gharib, Op.cit. hlm. 20

[24] Ibid, hlm. 31

[25] Ibid, hlm. 32

[26] Meskipun dalam buku-buku sejarah banyak yang mengklaim bahwa yang menyatukan al- Qur'an pertama kali adalah Ustman bin Affan yang dikenal dengan mushaf Ustmani, tapi faktanya bahwa Abu Bakarlah merupakan pelopor dalam menyatukan al- Qur'an setelah rasulullah wafat. Lebih jelasnya, lihat; Dr. Fathi Muhammad Gharib, Futuhat ar Rahman Fi Jam'I al Qur'an, Hal, 55

[27] Setiap para sahabat tersebut hafal al- Qur'an dengan baik dan memiliki tulisan ayat-ayat al- Qur'an yang disampaikan oleh rasul ketika beliau hidup. Mereka menyatukan hafalan dan tulisan mereka sehingga tidak mungkin terjadi adanya kesalahan dalam pengumpulan dan penulisan al- Qur'an serta mustahil terjadinya penambahan dan pengurangan walau satu ayat pun.

[28] Dr. Fathi Muhammad Gharib, Op.cit. hlm. 20

[29] Al- Qur'an diturunkan dalam tujuh huruf, hal ini bertujuan agar al- Qur'an mudah dipahami oleh umat Islam.banyak pendapat para ulama dalam mendefinisikan maksud dari tujuh huruf ini. Di antara pendapat para ulama tersebut yang paling râjih bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh lahjah. Untuk lebih jelasnya lihat : Dr. Thoha Abdul Khalik. Fathul 'Alîm Fi 'Ulum at Tanzîl. Darul Kutub, Kairo, cet I. 1994. hlm, 50-66.

[30] Susunan ayat dan surat tersebut sebagaimana yang kita saksikan saat ini pada mushaf Ustmani.

[31] Dr. Fathi Muhammad Gharib, Op.cit. hlm. 115

[32] Bandingkan dengan taurat dan Injil yang jarang sekali dihafal oleh para pemeluknya bahkan di kalangan para pendeta sekalipun.

[33] Prof. Dr. M. Musthofa Al- A'zami, Op.cit, hlm 60

[34] Dr. Yusuf Qordhawi. Kaifa Nata'amal Ma'a Al- Qur'an Al Adzim. Dar el Syorouk, Kairo. cet. IV. 2005. hlm. 28

[35] Prof. Dr. M. Musthofa Al- A'zami, Op.cit, hlm 70

Daftar Pustaka:

1. Al- Qur'an

2. Dr. M. Musthofa Al- A'zami, The History of The Qur'anic Text from Revelation to Compilation, A Comparative Study with the Old and New Testaments

3. Prof. Dr. Muhammad Sayyid Ahmad Al Musayyar. Al Masih wa Risâlatuhu Fi Al Qur'an. Maktabah As Syofa, Kairo. cet. II. 2005

4. Syeikh Muhammad Al Ghazali, Ma'rakah Al Mushaf, Dar Nahdhatu al Mishri. 1996

5. Dr. Muhammad Anwar Hamid Isa. Buhuts Fi Al Yahudiyah; an Nasy'ah, al Masôdir, al Aqôid, al Firaq. Cet. I. 2001

6. Dr. Sofwat Hamid Mubarak, Mudkhal Li Dirâsah Al Adyân

7. Dr. Fathi Muhammad Gharib, Futuhat ar Rahman Fi Jam'I al Qur'an

8. Dr. Thoha Abdul Khalik. Fathul 'Alîm Fi 'Ulum at Tanzîl. Darul Kutub, Kairo, cet I. 1994

9. Dr. Yusuf Qordhawi. Kaifa Nata'amal Ma'a Al- Qur'an Al Adzim. Dar el Syorouk, Kairo. cet. IV. 2005.

10. Dr. Musthofa Muhammad Abu Imarah, Dirâsât Fi al Marfû' wa al Mauqûf wa al Maqtû'. cet II. 2004.

11. Dr. Maurice Buccaile, Al- Qur'an Al Karim wa At Taurah wa Al Injil wa Al Ilm, Dirâsât al Kutub al Muqaddasah Fi Daui al Ma'ârif al Haditsah Maktabah Madbuli, cet. II. 2004.